Rabu, 27 Mei 2020

SEJARAH PKI AGAR TAK LUPA

Dari sini kita mengenal bahwa Soekarno lemah dalam menyikapi Komunis, dan keadaan tersebut dimanfaatkan PKI. 

Sejarah mengajarkan untuk bersikap biasa kepada seseorang, bahkan kepada seorang Proklamator sekalipun. 

Demikian pula agama mengajarkan, karena mereka hanya manusia biasa. 
=====================================

*INILAH SEJARAH YANG TIDAK BOLEH DILUPAKAN OLEH KITA SEMUA*

*Tgl 31 Oktober 1948 
Muso dieksekusi di Desa Niten Kecamatan Sumorejo Kabupaten Ponorogo. Sedang MH. Lukman dan Nyoto pergi ke Pengasingan di Republik Rakyat China (RRC).

*Akhir November 1948 
Seluruh Pimpinan PKI Muso berhasil dibunuh atau ditangkap, dan Seluruh Daerah yang semula dikuasai PKI berhasil direbut, antara lain : 
1. Ponorogo, 
2. Magetan, 
3. Pacitan, 
4. Purwodadi, 
5. Cepu, 
6. Blora, 
7. Pati, 
8. Kudus, dan lainnya.

*Tgl 19 Desember 1948*
Agresi Militer Belanda kedua ke Yogyakarta.

*Tahun 1949 
PKI tetap Tidak Dilarang, sehingga tahun 1949 dilakukan Rekontruksi PKI dan tetap tumbuh berkembang hingga tahun 1965.

*Awal Januari 1950 
Pemerintah RI dengan disaksikan puluhan ribu masyarakat yang datang dari berbagai daerah seperti Magetan, Madiun, Ngawi, Ponorogo dan Trenggalek, melakukan Pembongkaran 7 (Tujuh) Sumur Neraka PKI dan mengidentifikasi Para Korban. Di Sumur Neraka Soco I ditemukan 108 Kerangka Mayat yg 68 dikenali dan 40 tidak dikenali, sedang di Sumur Neraka Soco II ditemukan 21 Kerangka Mayat yang semuanya berhasil diidentifikasi. Para Korban berasal dari berbagai Kalangan Ulama dan Umara serta Tokoh Masyarakat.

*Tahun 1950 
PKI memulai kembali kegiatan penerbitan Harian Rakyat dan Bintang Merah.

*Tgl 6 Agustus 1951 
Gerombolan Eteh dari PKI menyerbu Asrama Brimob di Tanjung Priok dan merampas semua Senjata Api yang ada.

*Tahun 1951 
Dipa Nusantara Aidit memimpin PKI sebagai Partai Nasionalis yang sepenuhnya mendukung Presiden Soekarno sehingga disukai Soekarno, lalu Lukman dan Nyoto pun kembali dari pengasingan untuk membantu DN Aidit membangun kembali PKI.

*Tahun 1955 
PKI ikut Pemilu Pertama di Indonesia dan berhasil masuk empat Besar setelah MASYUMI, PNI dan NU.

*Tgl 8-11 September 1957 
Kongres Alim Ulama Seluruh Indonesia di Palembang–Sumatera Selatan Mengharamkan Ideologi Komunis dan mendesak Presiden Soekarno untuk mengeluarkan Dekrit Pelarangan PKI dan semua Mantel organisasinya, tapi ditolak oleh Soekarno.

*Tahun 1958 
Kedekatan Soekarno dengan PKI mendorong Kelompok Anti PKI di Sumatera dan Sulawesi melakukan koreksi hingga melakukan Pemberontakan terhadap Soekarno. Saat itu MASYUMI dituduh terlibat, karena Masyumi merupakan MUSUH BESAR PKI.

*Tgl 15 Februari 1958 
Para pemberontak di Sumatera dan Sulawesi Mendeklarasikan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), namun Pemberontakan ini berhasil dikalahkan dan dipadamkan.

*Tanggal 11 Juli 1958 
DN Aidit dan Rewang mewakili PKI ikut Kongres Partai Persatuan Sosialis Jerman di Berlin.

*Bulan Agustus 1959 
TNI berusaha menggagalkan Kongres PKI, namun Kongres tersebut tetap berjalan karena ditangani sendiri oleh Presiden Soekarno.

*Tahun 1960  
Soekarno meluncurkan Slogan NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yang didukung penuh oleh PNI, NU dan PKI. Dengan demikian PKI kembali terlembagakan sebagai bagian dari Pemerintahan RI.

*Tgl 17 Agustus 1960 
Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.200 Th.1960 tertanggal 17 Agustus 1960 tentang "PEMBUBARAN MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia)" dengan dalih tuduhan keterlibatan Masyumi dalam Pemberotakan PRRI, padahal hanya karena ANTI NASAKOM.

*Medio Tahun 1960 
Departemen Luar Negeri AS melaporkan bahwa PKI semakin kuat dengan keanggotaan mencapai 2 Juta orang.

*Bulan Maret 1962 
PKI resmi masuk dalam Pemerintahan Soekarno, DN Aidit dan Nyoto diangkat oleh Soekarno sebagai Menteri Penasehat.

*Bulan April 1962 
Kongres PKI.

*Tahun 1963 
PKI Memprovokasi Presiden Soekarno untuk Konfrontasi dengan Malaysia, dan mengusulkan dibentuknya Angkatan Kelima yang terdiri dari BURUH dan TANI untuk dipersenjatai dengan dalih ”Mempersenjatai Rakyat untuk Bela Negara” melawan Malaysia.

*Tgl 10 Juli 1963 
Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.139 th.1963 tertanggal 10 Juli 1963 tentang PEMBUBARAN GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), lagi-lagi hanya karena ANTI NASAKOM.

*Tahun 1963 
Atas desakan dan tekanan PKI terjadi penangkapan Tokoh-Tokoh Masyumi dan GPII serta Ulama Anti PKI, antara lain : 
1. KH. Buya Hamka, 
2. KH. Yunan Helmi Nasution, 
3. KH. Isa Anshari,
4. KH. Mukhtar Ghazali, 
5. KH. EZ. Muttaqien, 
6. KH. Soleh Iskandar, 
7. KH. Ghazali Sahlan dan
8. KH. Dalari Umar.

*Bulan Desember 1964 
Chaerul Saleh Pimpinan Partai MURBA (Musyawarah Rakyat Banyak) yang didirikan oleh mantan Pimpinan PKI, Tan Malaka, menyatakan bahwa PKI sedang menyiapkan KUDETA.

*Tgl 6 Januari 1965 
Atas Desakan dan Tekanan PKI terbit Surat Keputusan Presiden RI No.1/KOTI/1965 tertanggal 6 Januari 1965 tentang PEMBEKUAN PARTAI MURBA, dengan dalih telah Memfitnah PKI.

*Tgl 13 Januari 1965 
Dua Sayap PKI yaitu PR (Pemuda Rakyat) dan BTI (Barisan Tani Indonesia) Menyerang dan Menyiksa Peserta Training PII (Pelajar Islam Indonesia) di Desa Kanigoro Kecamatan Kras Kabupaten Kediri, sekaligus melecehkan Pelajar Wanitanya, dan juga merampas sejumlah Mushaf Al-Qur’an dan merobek serta menginjak-injaknya.

*Awal Tahun 1965 
PKI dengan 3 Juta Anggota menjadi Partai Komunis terkuat di luar Uni Soviet dan RRT. PKI memiliki banyak Ormas, antara lain : SOBSI (Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia), Pemuda Rakjat, Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) BTI (Barisan Tani Indonesia), LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakjat) dan HSI (Himpunan Sardjana Indonesia).

*Tgl 14 Mei 1965 
Tiga Sayap Organisasi PKI yaitu PR, BTI dan GERWANI merebut Perkebunan Negara di Bandar Betsi, Pematang Siantar, Sumatera Utara, dgn Menangkap dan Menyiksa serta Membunuh Pelda Soedjono penjaga PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) Karet IX Bandar Betsi.

*Bulan Juli 1965 
PKI menggelar Pelatihan Militer untuk 2000 anggota'y di Pangkalan Udara Halim dengan dalih ”Mempersenjatai Rakyat untuk Bela Negara”.

*Tgl 21 September 1965*:
Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.291 th.1965 tertanggal 21 September 1965 tentang PEMBUBARAN PARTAI MURBA, karena sangat memusuhi PKI.

*Tgl 30 September 1965 Pagi 
Ormas PKI Pemuda Rakyat dan Gerwani menggelar Demo Besar di Jakarta.

*Tgl 30 September 1965 Malam  
Terjadi Gerakan G30S/PKI atau disebut  GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh) : PKI Menculik dan Membunuh 6 (enam) Jenderal Senior TNI AD di Jakarta dan membuang mayatnya ke dalam sumur di LUBANG BUAYA Halim, mereka adalah : 
1. Jenderal Ahmad Yani,
2. Letjen R.Suprapto, 
3. Letjen MT.Haryono, 
4. Letjen S.Parman, 
5. Mayjen Panjaitan dan
6. Mayjen Sutoyo Siswomiharjo. 
PKI juga menculik dan membunuh Kapten Pierre Tendean karena dikira Jenderal Abdul Haris Nasution. PKI pun membunuh Aiptu Karel Satsuitubun seorang Ajun Inspektur Polisi yang sedang bertugas menjaga Rumah Kediaman Wakil PM Dr. J. Leimena yang bersebelahan dengan Rumah Jenderal AH. Nasution. 
PKI juga menembak Putri Bungsu Jenderal AH. Nasution yang baru berusia 5 (lima) tahun, *Ade Irma Suryani Nasution*, yang berusaha menjadi Perisai Ayahandanya dari tembakan PKI, kemudian ia terluka tembak dan akhirnya wafat pada tanggal 6 Oktober 1965.

G30S/PKI dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung yang membentuk tiga kelompok gugus tugas penculikan, yaitu : 
1. Pasukan Pasopati dipimpin Lettu Dul Arief, dan
2. Pasukan Pringgondani dipimpin Mayor Udara Sujono, serta 
3. Pasukan Bima Sakti dipimpin Kapten Suradi.
Selain Letkol Untung dan kawan-kawan, PKI didukung oleh sejumlah Perwira ABRI (TNI/Polri) dari berbagai Angkatan, antara lain :
*Angkatan Darat 
1. Mayjen TNI Pranoto Reksosamudro, 
2. Brigjen TNI Soepardjo dan
3. Kolonel Infantri A. Latief.
*Angkatan Laut 
1. Mayor KKO Pramuko Sudarno, 
2. Letkol Laut Ranu Sunardi dan 
3. Komodor Laut Soenardi.
*Angkatan Udara 
1. Men/Pangau Laksda Udara Omar Dhani, 
2. Letkol Udara Heru Atmodjo dan 
3. Mayor Udara Sujono.
*Kepolisian  
1. Brigjen Pol. Soetarto,
2. Kombes Pol. Imam Supoyo dan 
3. AKBP Anwas Tanuamidjaja.

*Tgl 1 Oktober 1965 
PKI di Yogyakarta juga Membunuh :
1. Brigjen Katamso Darmokusumo dan 
2. Kolonel Sugiono. 
Lalu di Jakarta PKI mengumumkan terbentuknya DEWAN REVOLUSI baru yang telah mengambil Alih Kekuasaan.

*Tgl 2 Oktober 1965 
Letjen TNI Soeharto mengambil alih Kepemimpinan TNI dan menyatakan Kudeta PKI gagal dan mengirim TNI AD menyerbu dan merebut Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma dari PKI.

*Tgl 6 Oktober 1965 
Soekarno menggelar Pertemuan Kabinet dan Menteri PKI ikut hadir serta berusaha Melegalkan G30S, tapi ditolak, bahkan Terbit Resolusi Kecaman terhadap G30S, lalu usai rapat Nyoto pun langsung ditangkap.

*Tgl 13 Oktober 1965 
Ormas Anshor NU gelar Aksi unjuk rasa Anti PKI di Seluruh Jawa.

*Tgl 18 Oktober 1965 
PKI menyamar sebagai Anshor Desa Karangasem (kini Desa Yosomulyo) Kecamatan Gambiran, lalu mengundang Anshor Kecamatan Muncar untuk Pengajian. Saat Pemuda Anshor Muncar datang, mereka disambut oleh Gerwani yang menyamar sebagai Fatayat NU, lalu mereka diracuni, setelah Keracunan mereka di Bantai oleh PKI dan Jenazahnya dibuang ke Lubang Buaya di Dusun Cemetuk Desa/Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi. Sebanyak 62 (enam puluh dua) orang Pemuda Anshor yang dibantai, dan ada beberapa pemuda yang selamat dan melarikan diri, sehingga menjadi Saksi Mata peristiwa. Peristiwa Tragis itu disebut Tragedi Cemetuk, dan kini oleh masyarakat secara swadaya dibangun Monumen Pancasila Jaya.

*Tgl 19 Oktober 1965  
Anshor NU dan PKI mulai bentrok di berbagai daerah di Jawa.

*Tgl 11 November 1965 
PNI dan PKI bentrok di Bali.
Tgl 22 November 1965 : DN Aidit ditangkap dan diadili serta di Hukum Mati.

*Bulan Desember 1965 
Aceh dinyatakan telah bersih dari PKI.

*Tgl 11 Maret 1966 
Terbit Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno yang memberi wewenang penuh kepada Letjen TNI Soeharto untuk mengambil langkah Pengamanan Negara RI.

*Tgl 12 Maret 1966 
Soeharto melarang secara resmi PKI. 

*Bulan April 1966 
Soeharto melarang Serikat Buruh Pro PKI yaitu SOBSI.

*Tgl 13 Februari 1966 
Bung Karno masih tetap membela PKI, bahkan secara terbuka di dalam pidatonya di muka Front Nasional di Senayan mengatakan : 
*”Di Indonesia ini tidak ada partai yang Pengorbanannya terhadap Nusa dan Bangsa sebesar Partai Komunis Indonesia…”*

*Tgl 5 Juli 1966  
Terbit TAP MPRS No.XXV Tahun 1966 yang ditanda-tangani Ketua MPRS–RI Jenderal TNI AH. Nasution tentang Pembubaran PKI dan Pelarangan penyebaran Paham Komunisme, Marxisme dan Leninisme.

*Bulan Desember 1966 
Sudisman mencoba menggantikan Aidit dan Nyoto untuk membangun kembali PKI, tapi ditangkap dan dijatuhi Hukuman Mati pada tahun 1967.

*Tahun 1967 
Sejumlah Kader PKI seperti Rewang, Oloan Hutapea dan Ruslan Widjajasastra, bersembunyi di wilayah terpencil di Blitar Selatan bersama Kaum Tani PKI.

*Bulan Maret 1968 
Kaum Tani PKI di Blitar Selatan menyerang para Pemimpin dan Kader NU, sehingga 60 (enam puluh) Orang NU tewas dibunuh.

*Pertengahan 1968 
TNI menyerang Blitar Selatan dan menghancurkan persembunyian terakhir PKI.

*Dari tahun 1968 s/d 1998*
Sepanjang Orde Baru secara resmi PKI dan seluruh mantel organisasiya dilarang di Seluruh Indonesia dgn dasar TAP MPRS No.XXV Tahun 1966. Dari tahun 1998 s/d 2015

*Pasca Reformasi 1998*
Pimpinan dan Anggota PKI yang dibebaskan dari Penjara, beserta keluarga dan simpatisanya yang masih mengusung IDEOLOGI KOMUNIS, justru menjadi pihak paling diuntungkan, sehingga kini mereka meraja-lela melakukan aneka gerakan pemutar balikkan Fakta Sejarah dan memposisikan PKI sebagai PAHLAWAN Pejuang Kemerdekaan RI. Sejarah Kekejaman PKI yang sangat panjang, dan jangan biarkan mereka menambah lagi daftar kekejamanya di negeri tercinta ini.

Semoga Tuhan YME senantiasa melindungi kita semua

*BAGIKAN SEJARAH INI.* 
*JADIKAN PELAJARAN*
*BUAT GENERASI YANG AKAN DATANG*

🇲🇨🇲🇨🇲🇨🇲🇨🇮🇩

Dari : Saprudin Purba

Senin, 25 September 2017

Catatan PKI

CATATAN SEJARAH G30SPKI"
1. Tahun 1960 : Soekarno meluncurkan slogan NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yang didukung penuh oleh PNI, NU dan PKI. Dengan demikian PKI kembali terlembagakan sebagai bagian dari Pemerintahan RI.
2. Tanggal 17 Agustus 1960 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.200 Th.1960 tertanggal 17 Agustuts 1960 tentang PEMBUBARAN MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia) dengan dalih tuduhan keterlibatan Masyumi dalam pemberotakan PRRI, padahal hanya karena ANTI NASAKOM.
3. Pertengahan Tahun 1960 : Departemen Luar Negeri AS melaporkan bahwa PKI semakin kuat dengan keanggotaan mencapai 2 (dua) juta orang.
4. Bulan Maret 1962 : PKI resmi masuk dalam pemerintahan Soekarno, DN Aidit dan Nyoto diangkat oleh Soekarno sebagai Menteri Penasehat.
5. Bulan April 1962 : Kongres PKI.
6. Tahun 1963 : PKI memprovokasi Presiden Soekarno untuk Konfrontasi dengan Malaysia, dan mengusulkan dibentuknya Angkatan Kelima yang terdiri dari BURUH dan TANI untuk dipersenjatai dengan dalih ”mempersenjatai rakyat untuk bela negara” melawan Malaysia.
7. Tanggal 10 Juli 1963 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.139 th.1963 tertanggal 10 Juli 1963 tentang PEMBUBARAN GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), lagi-lagi hanya karena ANTI NASAKOM.
8. Tahun 1963 : Atas desakan dan tekanan PKI terjadi Penangkapan Tokoh-Tokoh Masyumi dan GPII serta Ulama Anti PKI, antara lain : KH. Buya Hamka, KH.Yunan Helmi Nasution, KH. Isa Anshari, KH. Mukhtar Ghazali, KH. EZ. Muttaqien, KH. Soleh Iskandar, KH. Ghazali Sahlan dan KH. Dalari Umar.
9. Bulan Desember 1964 : Chaerul Saleh Pimpinan Partai MURBA (Musyawarah Rakyat Banyak) yang didirikan oleh mantan Pimpinan PKI, Tan Malaka, menyatakan bahwa PKI sedang menyiapkan KUDETA.
10. Tanggal 6 Januari 1965 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Surat Keputusan Presiden RI No.1 / KOTI / 1965 tertanggal 6 Januari 1965 tentang PEMBEKUAN PARTAI MURBA, dengan dalih telah memfitnah PKI
11. Tanggal 13 Januari 1965 : Dua sayap PKI yaitu PR (Pemuda Rakyat) dan BTI (Barisan Tani Indonesia) menyerang dan menyiksa peserta Training PII (Pelajar Islam Indonesia) di Desa Kanigoro Kecamatan Kras Kabupaten Kediri, sekaligus melecehkan pelajar wanitanya, dan juga merampas sejumlah Mush-haf Al-Qur’an dan merobek serta menginjak-injak
nya.
12. Awal Tahun 1965 : PKI dengan 3 juta anggota menjadi Partai Komunis terkuat di luar Uni Soviet dan RRT. PKI memiliki banyak Ormas, antara lain : SOBSI (Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia), Pemuda Rakjat, Gerwani, BTI (Barisan Tani Indonesia), LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakjat) dan HSI (Himpunan Sardjana Indonesia).
13. Tanggal 14 Mei 1965 : Tiga sayap organisasi PKI yaitu PR, BTI dan GERWANI merebut perkebunan negara di Bandar Betsi, Pematang Siantar, Sumatera Utara, dengan menangkap dan menyiksa serta membunuh Pelda Sodjono penjaga PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) Karet IX Bandar Betsi.
14. Bulan Juli 1965 : PKI menggelar pelatihan militer untuk 2000 anggotanya di Pangkalan Udara Halim dengan dalih ”mempersenjatai rakyat untuk bela negara”, dan dibantu oleh unsur TNI Angkatan Udara.
15. Tanggal 21 September 1965 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.291 th.1965 tertanggal 21 September 1965 tentang PEMBUBARAN PARTAI MURBA, karena sangat memusuhi PKI.
16. Tanggal 30 September 1965 Pagi : Ormas PKI Pemuda Rakjat dan Gerwani menggelar Demo Besar di Jakarta.
17. Tanggal 30 September 1965 Malam : Terjadi Gerakan G30S / PKI atau disebut juga GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh)
a. PKI menculik dan membunuh 6 (enam) Jenderal Senior TNI AD di Jakarta dan membuang mayatnya ke dalam sumur di LUBANG BUAYA – Halim, mereka adalah : Jenderal Ahmad Yani, Letjen R.Suprapto, Letjen MT Haryono, Letjen S. Parman, Mayjen Panjaitan dan Mayjen Sutoyo Siswomiharjo.
b. PKI juga menculik dan membunuh Kapten Pierre Tendean karena dikira Jenderal Abdul Haris Nasution.
c. PKI pun membunuh AIP KS Tubun seorang Ajun Inspektur Polisi yang sedang bertugas menjaga rumah kediaman Wakil PM Dr. J. Leimena yang bersebelahan dengan rum

Kronologis PKI

Copas Copas dan share
Kronologi Singkat Peristiwa G30S.PKI

Sukarno & PKI Dalang Dibalik Peristiwa G30S..
Peristiwa G30S berawal dari informasi yg dibawa oleh Subandrio dari Mesir pada tgl 15 Mei 1965 tentang adanya Dewan Jenderal (Dokumen Gilchrist). Sukarno menanggapi isu ini dgn serius. Pada tanggal 25 Mei 1965, Sukarno memanggil para Menteri Panglima Angkatan untuk meminta kejelasan tentang adanya Dewan Jenderal.

Pada kesempatan tersebut, Letjen Ahmad Yani selaku Menpangad dgn tegas menyatakan bahwa Dewan Jenderal tidak ada, yang ada adalah Dewan Kepangkatan Tinggi (Wanjakti) yg bertugas memberi masukan atau pendapat kepada Menpangad tentang kepangkatan dan jabatan Perwira Tinggi di tubuh angkatan darat. Bahkan Jenderal Nasution juga memastikan bila Dewan Jenderal memang tidak ada. Merasa kurang puas dgn penjelasan Jenderal Ahmad Yani dan Jenderal Nasution, Sukarnopun berusaha mencari kejelasan lebih lanjut. Sukarno memberi perintah pd Brigjen Sjafiudin (Pangdam Udayana) untuk mencari tahu nama2 yg dimaksud, lalu didapat 9 nama.
Inilah ke 9 nama yg disodorkan Brigjen Sjafiudin adalah
1 Jenderal AH Nasution (Menko Pangap/KASAB),
2 Letjen Ahmad Yani (Menpangad),
3 Mayjen R Soeprapto (Deputy II Menpangad)
4 Mayjen MT Haryono (Deputy III Menpangad)
5 Mayjen S Parman (Asisten I Menpangad bidang Intelejen)
6 Mayjen Djamin Ginting (Asisten II Menpangad bidang Operasi)
7 Brigjen DI Panjaitan (Asisten IV Menpangad bidang Logistik)
8 Brigjen Sutoyo (Inspektur Kehakiman AD)
9 Brigjen Sukendro (Asintel Mayjen S Parman).

Akhirnya Sukarno memberi sinyal untuk menindak mereka tapi bulan berganti bulan tak ada perkembangan. Lalu atas bisikan PKI, Sukarno menemukan ide yg dianggapnya cemerlang (menurut pikirannya berdasarkan pengalaman Lenin, Stalin, Mao Tse). Berdasarkan rekomendasi dari Brigjen Sabur, Sukarno memberi perintah kepada Letkol Untung  untuk menindak para Jenderal. Ditentukanlah tanggalnya dan dipilihlah bulan Oktober dgn alasan Sukarno ingin mensejajarkan diri dgn Sovyet & China yg sdh lebih dahulu terkenal dgn Revolusi Oktobernya.

Dalam beberapa kesempatan Sukarno selalu menyebut peristiwa G30S  dgn istilah “GESTOK”. Sukarno menolak penggunaan istilah Gestapu atau G30S.
Sesuai perencanaan, Operasi penindakan para jenderal mulai dijalankan. Supply persenjataan diperoleh dari Marsekal Oemar Dhani yg merupakan Menpangau waktu itu. ( TNI AU baru melaporkan kehilangan senjata setelah senjata2 tsb disita lewat pertempuran di wilayah Lubang Buaya).

Berdasarkan kesaksian keluarga para jenderal yg menjadi korban, ternyata pada malam kejadian telepon selalu bordering tiap jam hanyak untuk menanyakan keberadaan para jenderal, apakah ada di rumah atau tidak. Pada dini hari pukul 4.00 Wib operasi penindakan para jenderal pun dijalankan tapi Gagal Total karena ternyata Nasution berhasil meloloskan diri. Ternyata Nasution memilih KOSTRAD sbg tempat berlindung walau diketahui sebetulnya sbg Benteng Pengendali Keamanan Ibukota adalah KODAM JAYA. .

Menjelang sore sekitar pukul 4 lewat akhirnya jenderal Nasution masuk ke Markas KOSTRAD. Jenderal Nasutionpun memberi perintah kepada Mayjen Suharto untuk mengambil alih komando TNI AD. Menindak lanjuti perintah jenderal Nasution, Mayjen Suharto mengirim telegram keseluruh Kodam memberitahukan tentang selamatnya jenderal Nasution dan memerintahkan untuk bersiaga penuh. Mayjen Suhartopun memberi perintah kepada Kolonel Sarwo Edhie untuk segera merebut RRI & menguasai Halim (daerah Lubang Buaya yg merupakan tempat pelatihan militer para Pemuda Rakyat).  ).

Sejarah mencatat, dari 3 Menteri Panglima yg tersisa hanya Menpangal Laksamana RE Martadinata yg menjenguk Jenderal Nasution saat berada di Kostrad pasca kejadian. Usai mendengar kesaksian Jenderal Nasuton, Laksamana RE Martadinata menyatakan sikap TNI AL yg mendukung TNI AD untuk melawan PKI. Namun sayang, sikap ini justru membuat karier militernya tamat, karena pada tgl 21 Februari 1966, Laksamana RE Martadinata dicopot jabatannya sbg Menpangal.

Ternyata selamatnya Jenderal Nasution waktu itu, menjadi petaka bagi Sukarno dan PKI, apalagi saat ditangkap, Letkol Untung memberi daftar 60 nama prajurit Cakrabirawa yg terlibat langsung. Harap diingat, pada malam peristiwa Letkol Untung memberi memo kepada Sukarno saat seminar para Arsitek. Setelah membaca memo tsb Sukarno menyelipkan ucapan yg dikutip dari kisah Ramayana/Mahabrata tentang membunuh saudara kandung demi pencapaian tujuan.  Perlu diketahui, sehari sebelum peristiwa terjadi ternyata Sukarno sdh menjanjikan posisi Menpangad kepada Mayjen Mursjid yg merupakan orang nomor 2 di Kemenpangad waktu itu. Mayjen Mursjid adalah Deputy I Menpangad yg tdk turut menjadi target saat itu padahal Deputy II & Deputy III turut menjadi korban saat itu.

Para Antek2 PKI yg berkedok Sukarnois mencoba memelintir peristiwa G30S dgn mengabaikan “Selamatnya” Jenderal Nasution. Padahal beliaulah yg membuat semua skenario & rencana Sukarno menjadi berantakan. Lalu tindakan Sukarno yg justru mencopot jabatan Jenderal Nasution dari jabatannya sbg Menko Pangap/Kasab, semakin memperkuat kecurigaan akan keterlibatan Sukarno. Tindakan pencopotan ini seolah menunjukan kalo Sukarno Gak Suka kalo Nasution berhasil selamat.

Pasca peristiwa pembunuhan para jenderal di Lubang Buaya, situasi Eskalasi politik di Indonesia semakin memanas. Rakyat mulai turun kejalan menuntut pembubaran PKI tapi Sukarno seolah tak bergeming membela keberadaan PKI. Bahkan saat berpidato didepan Front Nasional tgl 13 Februari 1966, di daerah Senayan, Sukarno kembali dgn lantang memuji PKI dgn mengatakan, “Di Indonesia ini tidak ada partai yang pengorbanannya terhadap Nusa dan Bangsa sebesar PKI”.

Mendengar pidato Sukarno yang keukeuh membela PKI, tuntutan mahasiswa dan rakyat semakin menguat untuk melengserkan Sukarno. Menghadapi tuntutan mahasiswa dan rakyat yang semakin meluas, akhirnya Sukarno mengeluarkan SP 11 Maret ditahun 1966, yang isinya memerintahkan Letjen Suharto sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat untuk segera mengendalikan situasi dan keadaan dengan mengambil tindakan yang dianggap perlu demi menjaga keamanan dan kestabilan pemerintahan. Namun Sukarno cukup cerdik dengan menyelipkan perintah untuk menjaga dan menjamin keselamatan pribadinya.

Sukarno menyelipkan perintah menjaga dan menjamin keselamatan pribadinya dengan menyematkan berbagai gelar yang disandangnya. Berdasarkan SP 11 Maret, Letjen Suharto mulai mengadakan pembersihan atas unsur-unsur PKI di pemerintahan termasuk menangkapi beberapa menteri dan pejabat yang terlibat PKI. Tindakan Letjen Suharto mendapat kritikan dari Sukarno yang ditanggapi Suharto dengan memasang dirinya sebagai tameng untuk menjaga nama baik Sukarno.

Pasca terbitnya SP 11 Maret, situasi keamanan Negara mulai kondusif dan terkendali. Gejolak demontrasi anti pemerintah mulai mereda. Namun situasi kembali memanas saat Sukarno mengawini gadis belia, Heldy Jaffar yang berusia 18 tahun dibulan Mei 1966. Perkawinan ini menjadi puncak kemarahan rakyat dan menjadi bukti “Ketidak Pedulian” Sukarno terhadap kondisi dan situasi Negara.

Rakyat melihat ternyata Sukarno lebih mementingkan kepentingan pribadinya dibanding kepentingan Bangsa dan Negara. Akhirnya tuntutan rakyat dijawab oleh MPRS yang diketuai oleh Jenderal AH Nasution. Pada bulan Juni 1966, Sukarnopun diseret ke SU MPRS untuk dimintai pertanggung jawaban. Inilah awal kejatuhan Sukarno dimana 2 nota pembelaannya yang diberi judul Nawaksara I dan II ditolak oleh MPRS. Mandat Sukarno sebagai Presidenpun dicabut MPRS pada bulan Maret 1967. Selanjutnya MPRS memilih dan mengangkat Letjen Suharto sebagai Plt Presiden. Terlukis kesan ketidak relaan di wajah Sukarno atas pencopotan dirinya dari kedudukan Presiden.

Berdasarkan Tap MPRS no 33 tahun 1967, MPRS memerintahkan kepada Plt Presiden, Jenderal Suharto untuk melakukan proses hukum kepada Sukarno sesuai ketentuan hukum yg berlaku, namun Suharto hanya mengenakan status Tahanan Rumah tanpa pernah berusaha mengajukan Sukarno untuk diadili. Mikhul Dhuwur Mendhem Jero menjadi alasan Suharto agar Bangsa Indonesia tdk memperlakukan Sukarno seperti pesakitan/pecundang.

Sikap Suharto ini dipertegas dgn pidatonya di depan Sidang MPRS pd tahun 1968, agar kita lebih baik mencurahkan tenaga & pikiran dlm menghadapi masa depan bangsa Indonesia dibanding mempermasalahkan masa yg lalu.
Pada kenyataannya, Suharto memang tidak pernah mengajukan Sukarno kedepan sidang pengadilan manapun. Bahkan sebagai bentuk penghormatan, pada tahun 1986 Suharto memberikan gelar Pahlawan Proklamasi kepada Sukarno & Hatta.

Mendirikan Tugu Proklamasi untuk menghormatinya serta menyematkan nama Sukarno-Hatta pada nama Bandara Internasional Indonesia. Dan terakhir, Suharto menyematkan foto Sukarno-Hatta pada lembaran uang kertas Rp.100.000,-

NB : 2 Nama dari 9 nama jenderal yg menjadi target operasi berhasil selamat karena pada malam kejadian tidak berada ditempat/dirumah. Mayjen Djamin Ginting berada di Medan saat peristiwa terjadi. Brigjen Sukendro berada di luar Jakarta saat peristiwa terjadi. Pasca peristiwa, Mayjen Djamin Ginting turut berlindung di Markas Kostrad bersama Jenderal AH Nasution. adalah BENAR & TIDAK TERBANTAHKAN.

Sabtu, 08 Oktober 2016

Minoritas - Linda Cristanti

TENTANG KEBERPIHAKAN, IDENTITAS, MINORITAS DAN MAYORITAS

Ada sebuah kutipan menarik dari Dan Brown, penulis novel detektif itu, dalam novelnya “Inferno”. Katanya, dalam suatu konflik, siapa pun yang tidak memihak keadilan, kebenaran dan kemanusiaan adalah mereka yang layak menjadi penghuni kerak neraka paling dalam. Hal itu pula yang kita semua lakukan ketika kita memihak Jokowi dalam Pemilu lalu. Ketika itu kita berpihak kepada keadilan, kebenaran dan kemanusiaan untuk menghindari kerak neraka paling dalam.

Mempraktikkan sikap itu tidak mudah, sehingga kita semua yang melakukannya adalah orang-orang terpilih dalam sejarah. Untuk mempraktikkan sikap semacam itu diperlukan kecerdasan berpikir, pengetahuan, wawasan, pandangan yang jernih, sikap kritis dan konsistensi, serta keberanian mengikuti hati nurani.

Sejumlah orang menjadikan “minoritas” sebagai alasan keberpihakannya dalam sebuah konflik. Sejumlah orang menjadikan “marginalitas” sebagai alasan keberpihakan dalam sebuah konflik. Menjadikan “minoritas” dan “marginalitas” sebagai alasan keberpihakan dalam sebuah konflik pada akhirnya akan membuat kita kecewa. Mengapa?

Islam dulu adalah agama minoritas. Tetapi di masa Dinasti Umayyah berjaya, ia menjadi mayoritas dan menindas. Kristen di masa Romawi adalah minoritas, tetapi ketika menjadi mayoritas ia menindas lalu mencipta perang agama 100 tahun dan perang agama 30 tahun di Eropa. Protestan dulu minoritas, ketika membesar dan mayoritas, ia menjelma dalam politik sebuah negara seperti Amerika Serikat dan mengeksploitasi Amerika Latin yang Katolik.

Di masa kolonial Hindia Belanda, bangsa Jawa adalah bangsa yang minoritas dalam kekuasaan kolonial. Bangsa Jawa adalah bangsa yang paling menderita di masa itu, bukan bangsa Aceh. Mereka dieksploitasi sebagai budak dan kuli paksa, sehingga merasakan sakit dan pedih yang luar biasa akibat penjajahan. Sebab pusat kekuasaan kolonial ada di Pulau Jawa.  Fakta sejarah tersebut sampai menginspirasi Soekarno, pejuang kemerdekaan dan presiden pertama Indonesia, mengeluarkan pernyataan yang diperluas isu dan konteksnya menjadi “bangsa Indonesia adalah bangsa kuli, yaitu kuli di antara bangsa-bangsa”. Tetapi apa yang terjadi kemudian? Bangsa Jawa menjadi mayoritas dan mendominasi pemerintahan Indonesia, sehingga menjadi penindas baru di negara Indonesia modern.  Praktiknya berlangsung di Aceh dan di wilayah-wilayah luar Jawa.  Politik Jawanisasi ala Suharto, presiden kedua Indonesia, menebarkan momok yang disebut “kolonialisme Jawa” dan menjadikan sila ketiga dari Pancasila kadang-kadang terdengar sebagai "persatean Indonesia".

Dulu bangsa Amerika harus berperang melawan  Perancis, Inggris dan Spanyol untuk menguasai bagian utara benua itu. Penindasan membuat mereka yang minoritas ini bersatu dalam sebuah identitas, bernama bangsa Amerika. Hal itu diuji lagi ketika perang budak terjadi. Pihak yang membela pembebasan budak kemudian mengusung nilai-nilai kebebasan, persamaan dan persaudaraan sebagai identitas mereka. Kini Amerika Serikat menyebarkan identitas barunya ke seluruh dunia, yaitu “demokrasi”, yang mencipta hegemoni dalam wujud yang lebih modern, yakni neoimperialisme pemikiran, neoimperialisme budaya dan neoimperialisme ekonomi (apa yang dulu telah diperingatkan oleh presiden pertama Indonesia, Soekarno, dalam istilah “nekolim”). Praktik hegemoni negara adikuasa ini begitu nyata di hadapan kita, yakni mengontrol sumber-sumber daya alam dan membiarkan konflik berlarut-larut di berbagai negara, terutama  di negara-negara Timur Tengah yang kini menjadi pusat minyak dan karenanya, menjadi pusat dunia.

Dulu Cina pernah dijajah Dinasti Yuan dari Mongol dan menjadi minoritas dalam kekuasaan, menderita, merasakan sakit pedihnya penindasan tanpa batas. Tetapi ketika Cina di masa Dinasti Ming menjadi sebuah negara yang kuat, Majapahit dipaksa memberi upeti. Cina mengirim kapal perangnya ke negeri yang tak mau takluk. Perubahan  kekuasaan dalam sejarah terjadi lagi ketika Cina kemudian dijajah bangsa Manchu, lalu akhirnya menjadi negara Cina modern dan mandiri berkat Sun Yat Sen. Tetapi apa yang terjadi sekarang? Negara Cina mematok Laut Cina Selatan, dengan mendirikan bangunan baja yang tersebar di Laut Cina Selatan sebagai penanda itu wilayahnya dan menakutkan negara-negara di sekitarnya. Konflik Laut Cina Selatan sekarang ini menunjukkan wajah asli negara tersebut, yaitu  taring dan kuku. Dalam sejarah peradaban manusia, baru kali ini laut dipatok! Korea Selatan, Taiwan, Jepang, India, Rusia, Filipina, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Brunei, Indonesia dan negara-negara Pasifik (Australia, Selandia Baru) ngeri dengan aksi brutal tersebut sebagai upaya Cina menjadikan Laut Cina Selatan kampung halaman. Meskipun tidak berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan, negara-negara seperti Australia, Selandia Baru,  Rusia, dan India, bahkan Amerika Serikat dan Perancis, akan kena dampak secara ekonomi, politik, militer dan lingkungan ketika laut itu menjadi milik Cina.

Di Rusia masa lalu, kaum Bolshevik menjadi minoritas dan dikejar-kejar seperti tikus untuk ditumpas. Tetapi setelah kemenangannya, negara Uni Soviet pun berdiri. Pemerintah Soviet mendominasi seluruh Eropa Timur, Asia Timur dan Asia Tengah. Dominasi tersebut baru berakhir ketika Uni Soviet runtuh.  Padahal dulu gerakan kaum Bolshevik adalah gerakan wong cilik, gerakan kaum proletar, gerakan buruh, sampai akhirnya menguasai dunia. Namun ketika ia berkuasa,  untuk pertama kalinya pula kita mengenal kosa kata dunia yang menyeramkan itu, “gulag archipelago”.

Dulu bangsa Yahudi menjadi minoritas yang tertindas dan diburu untuk dimusnahkan seperti hama wereng di sawah-sawah Pulau Jawa.  Puncaknya, di masa NAZI Hitler. Kamp-kamp konsentrasi berdiri. NAZI menghantui seluruh Eropa dengan kekejamannya dan korban utamanya adalah bangsa Yahudi. Sampai hari ini bahkan museum-museum Yahudi yang tersebar di Eropa masih berjaga dari tindakan penyerangan oleh kelompok-kelompok neofasis. Tetapi apa yang terjadi sesudah Perang Dunia II berakhir dan negara Israel berdiri pada 14 Mei 1948? Pemerintahannya menindas seluruh Timur Tengah. Negara Palestina dicaploknya. Tiga wilayah Palestina merdeka, yakni Tepi Barat, Jalur Gaza dan Yerusalem Timur dirampasnya tanpa menghiraukan Resolusi Dewan Keamanan PBB pada tahun 1967, yang isinya menuntut negara Israel mengembalikan tiga wilayah itu kepada negara Palestina. Dari yang ditindas, menjadi penindas. Namun, perlakuan istimewa tetap didapatkan oleh negara Israel yang kerapkali berlindung dengan memproklamasikan masa lalunya sebagai minoritas itu dan meminta seluruh dunia memaklumi kebrutalannya sebagai bekas minoritas.

Di Indonesia hari ini, pejabat sementara gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memanfaatkan posisinya sebagai minoritas juga untuk menjalankan kepentingan dirinya. Ia menyatakan semua orang yang mengkritik tindakannya sebagai pemimpin Jakarta adalah para pengusung rasisme. Tetapi di lain pihak, ia juga dengan bangga memproklamasikan dirinya sebagai preman.  Dulu Ali Sadikin, seorang letnan jenderal marinir yang menjadi gubernur Jakarta, juga seorang yang keras, tetapi tidak pernah bertindak brutal dan berkata-kata brutal. Ia bertindak tegas untuk kepentingan rakyat di Jakarta untuk menindak tiap penyelewengan dalam pemerintahannya tanpa ampun.  Ali Sadikin tidak bertindak membabi-buta, melainkan berdasarkan bukti, pemikiran, dan keputusan yang diperhitungkan dampaknya.   Ahok kebalikannya. Ia bertindak kasar, merendahkan siapa pun justru untuk membangun posisi tawar yang tidak adil bagi kita. Ia mencipta kekacauan agar mendapat pembenaran dengan menyatakan dirinya minoritas. Ia berkali-kali meminta negara melindungi dirinya secara habis-habisan sebagai minoritas.

Mari kita tinggalkan kata “minoritas” ini untuk menjadi alasan keberpihakan kita dalam sebuah konflik. Sebab kata ini dapat diselewengkan demi keuntungan dan motif politik tertentu. Bagaimanapun Ahok adalah seorang politikus, bukan penjual ikan yang buta huruf dari provinsi Bangka-Belitung, tempat asal saya itu. Tirani minoritas sama berbahayanya dengan diktator mayoritas.

Kata-kata yang dikeluarkan Ahok sama sekali tidak mencerminkan kata-kata seorang pemimpin. Kita tidak memerlukan seorang preman sama sekali untuk menjadi pemimpin kita. Tidak sama sekali.

Sekarang kita bertanya kepada Ahok apakah kakeknya pernah menjadi korban untuk mendirikan republik ini, ditangkap Belanda atau disiksa atau dibuang atau dihukum mati demi negeri ini? Tanya pada Ahok. Kalau pernah, tanyakan siapa nama kakeknya dan apa peristiwanya, sehingga ia ingin lebih istimewa dibandingkan kita semua.  Mungkin sudah banyak orang kesal terhadap  Ahok dan saya yakin bahwa kekesalan mereka bukan karena suku atau asal usul Ahok,  melainkan karena tindakannya dan ucapannya sendiri ketika menjadi pemimpin Jakarta sekarang ini.

Peristiwa-peristiwa dalam sejarah dunia dan di sekeliling kita memperjelas bahwa keberpihakan kita harus bersandar kepada akal sehat, hati nurani, nilai-nilai kemanusiaan,  pengetahuan, wawasan, sikap kritis, keberanian dan prinsip-prinsip keadilan yang menyelesaikan persoalan hidup manusia dengan cara bermartabat.

Sabtu, 24 September 2016

PS

SEPERTI PRABOWO MENUNTUT PENGADILAN MILITER, SAYA MENUNTUT PENGADILAN JOKOWI
by 'jihan nadira'

Cuplikan Buku Jokowi Undercover (re POSTING)
Penipuan di Masa Kampanye

Resmi sudah Jokowi-JK berpasangan maju berhadapan dengan Prabowo-Hatta. Kampanye yang paling tinggi profilnya tentu saja adalah debat acara debat capres ala KPU.
Pendukung Jokowi sudah siap bersorak mendukung jagonya, betapa pun tolol dan naifnya omongan Jokowi-JK.
Misalnya Jokowi berkata bahwa dia adalah ahli e-budgetting  dengan sistem manajemen real time, di mana penyimpangan anggaran bisa diketahui seketika dan secepatnya. Pendukungnya bersorak-sorak mengagumi omongan Jokowi itu, sambil melupakan bahwa omongan Jokowi itu kontradiktif dengan kenyataan bahwa kasus impor karatan dari China menunjukkan kelemahan kontrol anggaran oleh Jokowi sebagai Gubernur Jakarta.
Kalau e-budgetting dan kontrol manajemen anggaran DKI berjalan sesuai omongan Jokowi dalam debat Capres, berarti dia sudah mengetahui penyimpangan sejak awal. Toh semua penyimpangan terus terjadi sampai ketahuan bus-nya karatan. Berarti Jokowi terlibat sejak awal ?
Kalau Jokowi benar-benar tidak tahu terjadi penyimpangan, berarti omongan dia dalam debat capres itu hanya bualan bernilai nol besar ? Tapi pendukungnya sudah kosong kepalanya, mereka tetap bersorak dengan gegap gempita. Alwi Shihab bahkan melonjak-lonjak seperti kera di deretan depan para pendukung Jokowi.
Jokowi-JK mendukung pemekaran daerah dan Pilkada langsung. Prabowo-Hatta menentangnya. Anehnya, kiai-kiai dan buya-buya pendukung Jokowi lupa, bahwa NU dan Muhammadiyyah sudah sepakat bahwa Pilkada langsung lebih banyak kejelekannya daripada kebaikannya. Dan semua Jokowers tetap bersorak-sorak dengan segala kekosongan kepalanya.
Yang paling tragis adalah ketika Prabowo berani menyatakan secara terbuka bahwa dia sanggup menutup kebocoran sampai Rp 1000 trilyun per tahun dari kekayaan nasional kita ke tangan pihak-pihak serakah di luar negeri.
Pak tua Jusuf Kalla, entah benar-benar bego, atau pura-pura bego, ngomong bahwa tidak mungkin terjadi kebocoran APBN sebesar itu, yang berarti anggaran bocor Rp 3 trilyun per hari. Dramatisasi kata-kata bohong yang benar-benar pernah keluar dari mulut si tua bangka Jusuf Kalla !
Kalla seharusnya dibentak saat itu juga, siapa yang ngomong itu kebocoran dari APBN ?!!!
Prabowo tidak sekalipun ngomong dari APBN, melainkan dari potensi penipuan sistem bagi hasil tambang-tambang kita dan dari penggelapan pajak tambang.
Prabowo juga menyebutkan dengan jelas bahwa dia mempercayai sinyalemen kebocoran kekayaan negara itu dari makalah Ketua KPK Abraham Samad di sebuah ceramah yang bahkan menyebutkan angka sampai Rp 7.000 trilyun per tahun.
Anehnya pula, Samad pura-pura tidak tahu duduk persoalannya dan dia tidak berani mengeluarkan pernyataan bahwa benar-benar dia pernah mengeluarkan pernyataan yang kemudian disitir Prabowo itu dengan margin toleransi luar biasa, hanya diambil angka minimal Rp 1000 trilyun.
Kalla malah dengan aneh berbicara tentang APBN, entah karena dia pikun, bego, lupa, atau pura-pura.
Jokowi tidak berbicara apa-apa kecuali hanya mencungir-cungirkan hidungnya persis seperti dulu Abu Lahab menghina Nabi Muhammad sebagai orang gila dengan dakwah agama barunya.
Di internet, seluruh Jokower bersorak : bocor, bocor, bocor !
Betul-betul kegoblokan yang luar biasa telah terjadi dengan penggelapan dan penipuan terhadap akal sehat dan nasib rakyat banyak menghadapi kejahatan asing yang sudah dan tetap di depan mata dan telah memiskinkan kita selama puluhan tahun.
Jokowers sudah menutup telinga terhadap peringatan orang sejujur Kwik Kian Gie yang dengan jelas berkata :
“Kita akan menghadapi persoalan ekonomi yang luar biasa beratnya. Kita butuh presiden yang super tegas seperti Prabowo yang mengerti ekonomi makro karena mendapat pendidikan langsung dari ayahnya, Professor Soemitro Djojohadikusumo.
Jokowi bisa mengundang makan orang Solo ke Balaikota untuk berbicara dan menangani persoalan-persoalan di Solo. Tapi apa dia akan mengundang makan orang dari seluruh Indonesia untuk menyelesaikan masalah nasional kita ?”
Omongan-omongan naif Jokowi seperti soal Drone, Buyback Indosat, Tank Leopard merusak aspal dan jembatan, tol laut dan sebagainya pun menjadi simfoni merdu sekali di telinga para jokower yang sudah rusak otak dan hatinya.
Penggiringan opini yang menyesatkan telah terjadi secara besar-besaran dan sedemikian dahsyatnya, dilengkapi dengan pembunuhan karakter besar-besaran terhadap Prabowo-Hatta mulai dari singkatan pelecehan Prahara sampai dengan akrobat jenderal kancil Wiranto.
Prabowo-Hatta Rajasa mereka singkat Prahara. Mereka sebar kabar bohong bahwa Prabowo adalah calon bermasalah dan Hatta Rajasa adalah bos mafia minyak Petral.
Yang paling sontoloyo dalam pembunuhan karakter Prabowo soal tuduhan penculikan tentu saja Wiranto dan Hendro Priyono.
Dua orang yang pernah berambisi menjadi presiden di era masing-masing.
Hendro Priyono diam-diam menyiapkan diri menjadi penganti Soeharto sejak dia menjadi Komandan Korem Garuda Hitam di Lampung.
Dia mencari muka kepada Soeharto dengan melaporkan seolah-olah terjadi gerakan teroris kanan yang dipimpin oleh Warsidi di Talangsari.
Padahal Korem adalah komando teritorial, bukan komando operasi.
Kalau gerakan ekstrim kanan Warsidi bukan isapan jempol Hendro Priyono saja, maka Mabes TNI lah yang harus memberikan perintah penyerbuan kepada gerakan separatisme di daerah.
Jenderal Moerdani yang tahu kelakuan Hendro tidak bisa berbuat apa-apa karena Hendro ini masih familinya Ibu Tien Soeharto.
Kita memang harus mengakui bahwa salah satu kelemahan Pak Harto adalah besarnya campur tangan  Ny. Tien Soeharto dalam urusan-urusan seperti ini.
Misalnya, Radius Prawiro menjadi Menteri Perdagangan abadi di setiap kabinet Pak Harto gara-gara dia juga saudara Ibu Tien.
Pak Harto memang lemah terhadap keluarganya, sebagaimana Bung Karno lemah terhadap wanita-wanitanya.
Mochtar Lubis pernah menuding Bung Karno korupsi dana pampasan perang dari Jepang karena membiarkan Sari Dewi (Naoko Nemoto, mantan hostess/geisha/model porno) menguasai pembangunan Hotel Indonesia.
Mochtar Lubis juga pernah menghantam Pak Harto gara-gara Bu Tien memerintahkan para gubernur se Indonesia menyetor uang Rp 50 juta  per provinsi untuk dana pembangunan Taman Mini Indonesia Indah.
Mochtar menganggap proyek itu proyek Mercusuar yang tidak berguna bagi rakyat banyak.
Anehnya, Ali Sadikin justeru menjadi penyokong utama Ibu Tien karena Ali yakin Taman Mini akan meningkatkan gengsi kota Jakarta.
Bung Karno menjadi lemah kepada PKI karena cintanya yang menderu-nderu kepada kader Gerwani Hartini.
Pak Harto menjadi lemah kepada Kolonel Sengkuni Hendro Priyono karena Pak Harto tidak enak kepada isteri beliau, Siti Hartinah.
Saya yakin bahwa yang dimaksud LB Moerdani saat dia memperingatkan Pak Harto bahwa keamanan politik Pak Harto terancam karena ulah keluarganya sendiri, termasuk jenis tentara licik seperti Hendro Priyono ini.
Pak Harto marah dan Moerdani ditinggal pergi tidur dan ditinggalkan sendirian di meja bilyar.
Munir adalah aktivis yang paling getol mempermasalahkan hilangnya ratusan orang sebagai akibat operasi gelap Hendro Priyono di Talangsari, Lampung itu.
Padahal pada waktu itu belum ada yang namanya jaringan terorisme Alqaeda. Osama bin Laden masih mesra dengan keluarganya di kerajaan Saudi dan justeru menjadi sekutu Amerika Serikat bertanam ganja di Afghanistan sambil memerangi Uni Soviet.
Warsidi hanyalah penganut tarekat “aboge” yang dia terima dari guru-gurunya di Jawa.
Hendro lah yang menyusupinya dengan orang-orang yang menghasut Warsidi menolak memasang bendera merah putih, membayar pajak dan sebagainya.
Bukannya membina, Hendro langsung membinasakan mereka untuk mencari muka dan agar cepat naik pangkat karena waktu itu hubungan Pak Harto dengan ummat Islam agak terganggu, yang dimulai sejak penerbitan PP 10 –atas desakan Bu Tien juga yang sedang marah karena Pak Harto berpacaran dengan Rahayu Effendi- yang melarang pegawai negeri berpoligami, dan kiai-kiai PPP walk out dari ruang sidang DPR. Karena umumnya kiai-kiai beristeri minimal dua.
Hendro Priyono lah yang menjadi dalang pembunuhan Munir. Yang menjadi anteknya adalah Pollycarpus, seorang prelatur (kaki tangan) Vatikan, yang kebetulan menjadi pilot Garuda dan direkrut Hendro menjadi agen BIN untuk meracuni Munir.
Yang menjadi kambing hitam adalah Mayjend Muchdi Paranjono, sekutu Prabowo yang mengajak Prabowo kudeta di tahun 1998 tapi ditolak Prabowo.
“Ayo kita bikin konfrontasi !” ajak Muchdi ketika Prabowo dipecat Habibie dari Panglima Kostrad.
Hendro tentu tidak ingin Prabowo yang jadi presiden dan Muchdi PR menjadi kepala BIN, karena Muchdi akan balik memotong leher Hendro.
Maka Hendro pun mati-matian mendukung Jokowi dan dari mulut orang semacam Hendro inilah muncul kampanye hitam terhadap Prabowo : “Tentara psikopat grade empat !”
Padahal Prabowo ini sejak masih mayor sudah menjadi kesayangan M. Jusuf dan ketika Prabowo menjadi wakil komandan batalyon yang berhasil menembak Wakil Presiden Fretilin Lobato, M. Jusuf menyempatkan diri terbang ke Dilli untuk mengucapkan selamat kepada Prabowo, sambil memeluknya :
“Kamu akan menjadi orang besar seperti orangtua-orangtuamu !”
Jangan tanya kok wakil komandan yang dipeluk Pangab, karena komandan batalyonnya gugur di pertempuran.
Jenderal lain yang empot-empotan jidatnya jika Prabowo yang naik tentu saja adalah Wiranto, rival utama Prabowo menjelang Pak Harto jatuh dan semasa jabatan Habibie.
Pak Harto mencurigai Prabowo atas bisikan-bisikan maut Wiranto. Habibie ditipu Wieranto bahwa Prabowo mau kudeta. Tanya saja kepada Muhcdi PR apakah Prabowo pernah berniat kudeta. Jawabnya pasti tidak, malah saya yang kepingin kudeta, begitu pasti jawaban Muchdi, Komandan Kopassus yang ikut diseret-seret Wiranto dalam sidang DKP.
Munir, sebelum mati juga terang-terangan menuding Wiranto sebagai dalang penembakan Trisakti dan kerusuhan Mei yang membakar Jakarta.
“Prabowo memang terlibat penculikan, itu kan perintah Soeharto juga. Tapi mana mungkin Prabowo membikin kerusuhan yang mempercepat kejatuhan Soeharto. Jadi mestinya Wieranto berani menyidang Prabowo di Mahkamah Militer, seperti permintaan Prabowo sendiri. Kalau cuma di DKP ya percuma, itu cuma sidang etika, bukan sidang pro justisia,” kata Munir.
Prabowo selalu menegaskan bahwa semua yang dia lakukan diperintahkan oleh dan dia laporkan kembali kepada atasan-atasannya.
Tuduhan sekaligus vonis DKP (Dewan Kehormatan Perwira) adalah pemberian perintah di luar pengetahuan atasan.
Bagaimana DKP bisa memutuskan demikian, padahal dalam sidang itu tidak terjadi pengungkapan apa-apa karena Prabowo hanya mau membeberkan bukti-bukti tertulis yang dimilikinya di depan Mahkamah Militer ?
Sidang DKP Cuma ngobrol-ngobrol saja karena semua anggotanya (SBY, Agum Gumelar, Fakhrurrazy, dan Soebagyo HS) semua tidak punya nyali berhadapan dengan Prabowo.
Akhirnya Wiranto main vonis saja dan memberikan usulan kepada Habibie agar Prabowo Subianto diberhentikan dari dinas militer secara hormat dengan hak pensiun.
Prabowo menerima saja keputusan itu tanpa melakukan perlawanan sedikitpun karena dia tahu Wiranto telah berkomplot dengan Habibie dan kepada Pak Harto telah diberikan laporan-laporan palsu tentang hubungannya dengan kelompok-kelompok pro reformasi dan apa yang dilakukan para pendukung Prabowo yang membawa surat Jenderal Nasution yang isinya merekomendasikan agar Wiranto diganti sebagai Pangab karena gagal mencegah kerusuhan Mei sebelum Pak Harto jatuh.
Mengenai penculikan aktivis yang melibatkan Prabowo, kita boleh yakin seyakin-yakinnya bahwa itu atas perintah Soeharto dan juga diketahui oleh Wiranto sebagai KSAD dan Feisal Tanjung sebagai Pangab.
Adalah akal-akalan Wiranto saja yang mengarahkan keputusan DKP agar Prabowo dipersalahkan karena melakukan penculikan atas inisiatif Prabowo sendiri.
SBY sendiri hanya bermain mengikuti angin bertiup dan dalam irama gendang yang ditabuh Wiranto, begitu pula anggota-anggota DKP yang lain.
“Saya menuntut pengadilan militer, bila saya dipersalahkan sebagai anggotga militer. Tapi mereka tidak berani, mereka tidak punya nyali berhadapan langsung dengan saya !” kata Prabowo kepada koran               The Asian Times seperti dikutip Eros Djarot dalam bukunya : ”Tumbangnya Seorang Bintang”.
Kita tidak tahu apakah perintah Pak Harto itu penangkapan atau penghilangan, karena seperti kata        Gus Dur, Pak Harto itu seperti Raja Jawa  yang berprinsip apa yang diperbuat tangan kanannya, tangan kirinya pun tidak boleh tahu (sangat memegang rahasia).
Tapi Pak Harto bahkan tidak pernah mengingkari bahwa dia pernah membiarkan pembantaian orang-orang PKI dan gali-gali kelas teri di jaman Moerdani.
Lagi pula dalam operasi inteljen semacam itu, amat riskan untuk membebaskan mereka yang sudah ditangkap hidup-hidup. Risikonya mereka akan menyanyi.
Justeru di sini kita harus mempertanyakan, apakah Prabowo melanggar perintah Pak Harto untuk melenyapkan para korban penculikan atas inisiatif Prabowo sendiri ?
Sebagai menantu, Prabowo tentu sudah punya feeling bahwa Pak Harto memang akan segera jatuh, dan Prabowo tidak ingin mertuanya itu menambah panjang daftar dosanya.
Justeru karena itu pula Prabowo lalu dicurigai oleh Pak Harto akan mengambil alih kekuasaan.
Wiranto lah yang kemudian mengail di air keruh, dengan menggunakan tim lain, dia memerintahkan operasi sampingan untuk menculik kembali beberapa orang yang sudah dibebaskan Prabowo untuk mendiskreditkan Prabowo di mata Pak Harto agar Wiranto semakin mendapat kepercayaan.
Kivlan Zen mengaku mengetahui tim sampingan yang menculik kembali orang-orang yang dibebaskan Prabowo itu dan Kivlan siap bersaksi di depan Komisi Rekonsiliasi Nasional untuk mengungkap juga keterlibatan Megawati dan Moerdani serta Hendropriyono dalam aksi-aksi kerusuhan Mei di Jakarta yang sengaja dibiarkan Wiranto dengan pergi menghadiri upacara seremonial TNI di Malang.
“Saya tahu di mana mereka ditembak dan ke mana mayatnya dibuang. Semua itu diperintahkan oleh orang yang ingin menjatuhkan Prabowo. Saya bersedia bersaksi di depan sebuah Panitia Nasional untuk menyelidiki masalah-masalah itu !”
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Wiranto mempunyai hubungan tidak profesional dengan Mamiek Soeharto.
Mamiek lah yang menuding muka Prabowo dengan jangak :
“Kamu pengkhianat, jangan pernah kamu injakkan kaki lagi di rumah ini !” kata Mamiek yang menurut kabar burung bukan anak Pak Harto dan Bu Tien tapi adalah anak Tutut yang lahir sebelum Tutut menikah resmi dengan suaminya Rukmana ini, jadi Mamiek itu anak Tutut, di luar nikah.
Lagi pula secara logis kita harus berpikir, jika Wiranto mengaku tidak tahu terjadinya penculikan, justeru dia bersalah karena tidak tahu itu.
Seorang Panglima harus tahu apa pun yang dilakukan oleh bawahannya. Kalau tidak tahu berarti dia Panglima goblok.
Faizal Tanjung diperintah Pak Harto membunuh Gus Dur dan Megawati saja Wiranto tahu dan membocorkan itu kepada Gus Dur kok ?
Benarkah itu atau memang Wiranto ini yang memang suka ngember sejak dulu kala ?
Yang jelas Gus Dur sendiri yang menceritakan laporan Wiranto soal perintah Feisal Tanjung itu.
Bagaimana bisa Wiranto mengaku tidak tahu apa yang dilakukan Prabowo sejak menjadi Danjen Kopassus  dan menyangkut target belasan orang itu ?
Sebuah hil yang mustahal, meminjam lelucon pelawak Asmuni almarhum, artinya hal yang mustahil.
Yang paling fatal adalah ketika Wiranto mengatakan keputusan Sidang DKP (atau nama lainnya DKM, Dewan Kehormatan Militer) itu tidak rahasia-rahasia betul, makanya boleh saja dijadikan bahan kampanye untuk memojokkan Prabowo.
Mana ada aturan militer yang tidak tegas seperti itu. Rahasia ya rahasia, tidak rahasia ya tidak rahasia.
Secret is secret. There is no half secret.
Siiruka asiiruka, idzaa arsalta hu fa anta asiiruhu.
Rahasiamu adalah tawananmu, kalau engkau melepaskannya maka engkau menjadi tawanan rahasiamu itu.
Itu kata Gus Dur dalam bahasa Arab.
Wiranto ngember di Metro TV bahwa dia siap dituntut Prabowo jika dianggap membocorkan rahasia TNI itu.
Itulah model retorika goblok Wiranto. Buat apa menuntut kegoblokan itu, ketika seluruh dunia sudah tahu jenis jenderal kayak apa Wiranto itu ?
Dalam jangka pendek, itu memang menguntungkan Jokowi karena para bebek pengikutnya akan semakin getol menghujat Prabowo berdasarkan pembocoran dokumen hasil sidang DKP itu.
Tapi itu juga keuntungan besar bagi Prabowo, nanti setelah para Jokower sembuh dari penyakit gilanya setelah sihir Jokowi pudar dalam hitungan bulan.
Bukankah mantan Menteri Sekretaris Negara jaman Habibie, Professor Muladi sudah memberi kesaksian bahwa usulan pemberhentian Prabowo dengan hormat dan hak pensiun Rp 3.750.000 itu ditulisi sendiri oleh Wiranto : Bersifat rahasia !
Jadi ada lagu untuk Wiranto ini : Kau yang mulai, kau yang mengakhiri, soal diktum rahasia itu !
Dalam bahasa gaul, Wiranto adalah Jenderal Brekele dan tidak punya malu lagi dibentak-bentak Pak Johanes Suryo Prabowo, Pak Joko Santosa, dan Pak Kivlan Zen dengan namanya langsung : Hai To, Wiranto !
Para Jokower tidak henti-hentinya bilang bahwa Prabowo adalah jenderal pecatan, biarlah Tuhan sendiri yang kelak membakar mulut mereka yang penuh sampah itu.
Mereka juga bilang, Prabowo diberhentikan dengan hormat karena Wiranto dan Habibie masih menghormati Pak Harto.
Menghormati Pak Harto dari Hongkong ? Wiranto membiarkan mahasiswa naik ke atap gedung DPR untuk mempercepat kejatuhan Pak Harto kok.
Wiranto juga berencana menggunakan peluru tajam untuk membantai massa yang mau datang ke acara Amien Rais di Monas.
Kalau itu terjadi, maka Pak Harto akan segera jatuh dengan nama yang buruk sekali. Oleh karena itu Prabowo menemui Amien Rais dan meminta Amien Rais membatalkan acara di Monas itu.
Wiranto segera membisiki “pacarnya” si Mamiek, bahwa Prabowo telah bersekutu dengan Amien Rais, dan terjadilah drama pengusiran Prabowo dari Cendana itu, sementara Wiranto adalah peserta gelap dalam rapat keluarga Soeharto itu.
Prabowo tetap tegar dalam pendiriannya, secara konstitusional, Habibie memang akan naik menggantikan Pak Harto, suka tidak suka Pak Harto-nya.
Prabowo menolak desakan Adnan Buyung Cs agar mengambilalih kekuasaan.
Begitu banyak saksi sejarah yang dengan gamblang membuktikan bahwa Prabowo bukanlah seorang tentara bermental kudeta.
Tapi dalam masa kampanye, semua Jokower sudah buta matanya dan budek telinganya. Mereka lupa, bahwa pada tahun 2009, ketika Prabowo maju sebagai calon wakilnya Megawati, tidak ada ember-ember berbunyi nyaring seperti di tahun 2014 ini dari mulut Wiranto, Hendro, Luhut, maupun Agum Gumelar soal kasus penculikan 1998.
Soal Luhut dan Agum, tidak penting-penting amat untuk dibahas. Luhut masih “bersaudara” dengan Sintong Panjaitan, kader Moerdani, Prabowo hater sejak lama.
Agum Gumelar sudah sejak lama pula dikantongi Megawati bahkan pernah dicalonkan menjadi Gubernur Jawa Barat tapi keok melawan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf !
Yang lebih menarik adalah sikap Panglima TNI Moeldoko soal pembocoran dokumen DKP oleh Wiranto itu.
Moeldoko berkata, tidak ada dokumen itu di Mabes TNI.
Kalau Moeldoko tidak bohong, maka berarti sidang DKP itu sidang abal-abal yang tidak diagendakan resmi oleh Mabes TNI dan tidak ada dokumentasinya, dan murni akal-akalan Wiranto Cs.
Kalau dokumen itu sebenarnya ada, maka Moeldoko lah yang berbohong untuk melindungi Wiranto dari tuduhan serius membocorkan rahasia TNI.
Mengingat gerak-gerik Moeldoko sebelumnya dan sesudahnya, agaknya yang kedua inilah yang terjadi.
Moeldoko berbohong untuk menyelamatkan bokong Wieranto yang sedang diperlukan kebohongannya oleh Megawati untuk memenangkan Jokowi dan memfitnah Prabowo.
***

Minggu, 12 Juni 2016

Rumi

Rumi

KERANA CINTA

Kerana cinta duri menjadi mawar

kerana cinta cuka menjelma anggur segar

Kerana cinta keuntungan menjadi mahkota penawar

Kerana cinta kemalangan menjelma keberuntungan

Kerana cinta rumah penjara tampak bagaikan kedai mawar

Kerana cinta tompokan debu kelihatan seperti taman

Kerana cinta api yang berkobar-kobar

Jadi cahaya yang menyenangkan

Kerana cinta syaitan berubah menjadi bidadari

Kerana cinta batu yang keras

menjadi lembut bagaikan mentega

Kerana cinta duka menjadi riang gembira

Kerana cinta hantu berubah menjadi malaikat

Kerana cinta singa tak menakutkan seperti tikus

Kerana cinta sakit jadi sihat

Kerana cinta amarah berubah

menjadi keramah-ramahan

KEARIFAN CINTA

CINTA yang dibangkitkan

oleh khayalan yang salah
dan tidak pada tempatnya
bisa saja menghantarkannya
pada keadaan ekstasi.
Namun kenikmatan itu,
jelas tidak seperti bercinta dengan kekasih sebenarnya
kekasih yang sedar akan hadirnya seseorang

CINTA

“Dia adalah, orang yang tidak mempunyai ketiadaan,
Saya mencintainya dan Saya mengaguminya,

Saya memilih jalannya dan Saya memalingkan muka ke jalannya.

Setiap orang mempunyai kekasih, dialah kekasih saya,

Kekasih yang abadi. Dia adalah orang yang Saya cintai,

Dia begitu indah, oh dia adalah yang paling sempurna.
Orang-orang yang mencintainya adalah para pecinta

yang tidak pernah sekarat. Dia adalah dia dan

dia dan mereka adalah dia.Ini adalah sebuah rahasia

Jika kalian mempunyai cinta, kalian akan memahaminya.

CINTA : LAUTAN TAK BERTEPI

Cinta adalah lautan tak bertepi

langit hanyalah serpihan buih belaka.
Ketahuilah langit berputar karena gelombang Cinta

Andai tak ada Cinta, Dunia akan membeku.
Bila bukan karena Cinta,

Bagaimana sesuatu yang organik berubah menjadi tumbuhan?

Bagaimana tumbuhan akan mengorbankan diri demi memperoleh ruh (hewani)?
Bagaimana ruh (hewani) akan mengorbankan diri demi nafas (Ruh) yang menghamili Maryam?
Semua itu akan menjadi beku dan kaku bagai salju

Tidak dapat terbang serta mencari padang ilalang bagai belalang.
Setiap atom jatuh cinta pada Yang Maha Sempurna

Dan naik ke atas laksana tunas.
Cita-cita mereka yang tak terdengar, sesungguhnya, adalah

lagu pujian Keagungan pada Tuhan.

PERIH CINTA

Perih Cinta inilah yang membuka tabir hasrat pencinta:
Tiada penyakit yang dapat menyamai dukacita hati ini.
Cinta adalah sebuah penyakit karena berpisah, isyarat
Dan astrolabium rahasia-rahasia Ilahi.
Apakah dari jamur langit ataupun jamur bumi,
Cintalah yang membimbing kita ke Sana pada akhirnya.
Akal ’kan sia-sia bahkan menggelepar ’tuk menerangkan Cinta,
Bagai keledai dalam lumpur: Cinta adalah sang penerang Cinta itu sendiri.
Bukankah matahari yang menyatakan dirinya matahari?
Perhatikanlah ia! Seluruh bukit yang kau cari ada di sana.

PERNYATAAN CINTA

Bila tak kunyatakan keindahan-Mu dalam kata,

Kusimpan kasih-Mu dalam dada.

Bila kucium harum mawar tanpa cinta-Mu,

Segera saja bagai duri bakarlah aku.

Meskipun aku diam tenang bagai ikan,

Tapi aku gelisah pula bagai ombak dalam lautan

Kau yang telah menutup rapat bibirku,

Tariklah misaiku ke dekat-Mu.

Apakah maksud-Mu?

Mana kutahu?

Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selalu.

Kukunyah lagi mamahan kepedihan mengenangmu,

Bagai unta memahah biak makanannya,

Dan bagai unta yang geram mulutku berbusa.

Meskipun aku tinggal tersembunyi dan tidak bicara,

Di hadirat Kasih aku jelas dan nyata.

Aku bagai benih di bawah tanah,

Aku menanti tanda musim semi.

Hingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi,

Dan tanpa kepalaku sendiri aku dapat membelai kepala lagi.

TANPA CINTA, SEGALANYA TAK BERNILAI

Jika engkau bukan seorang pencinta,

maka jangan pandang hidupmu adalah hidup

Sebab tanpa Cinta, segala perbuatan tidak akan

dihitung Pada Hari Perhitungan nanti

Setiap waktu yang berlalu tanpa Cinta,

akan menjelma menjadi wajah yang memalukan dihadapanNya.

Burung-burung Kesedaran telah turun dari langit

dan terikat pada bumi sepanjang dua atau tiga hari

Mereka merupakan bintang-bintang di langit

agama yang dikirim dari langit ke bumi

Demikian pentingnya Penyatuan dengan Allah

dan betapa menderitanya Keterpisahan denganNya.
Wahai angin, buatlah tarian ranting-ranting

dalam zikir hari yang kau gerakkan dari Persatuan

Lihatlah pepohonan ini ! Semuanya gembira

bagaikan sekumpulan kebahagiaan

Tetapi wahai bunga ungu, mengapakah engkau larut dalam kepedihan ?

Sang lili berbisik pada kuncup : “Matamu yang menguncup akan segera mekar. Sebab engkau telah merasakan bagaimana Nikmatnya Kebaikan.”
Di manapun, jalan untuk mencapai Kesucian Hati

adalah melalui Kerendahan Hati.

Hingga dia akan sampai pada jawaban “YA” dalam pertanyaan :

“Bukankah Aku ini Rabbmu ?”

Selain itu Rumi juga menuliskan syair-syair indah lainnya.